Minggu, 16 Juni 2013

Melihat Komoditi Cabai Merah Sebagai Penyebab Inflasi Tertinggi di Lhokseumawe



Bulan Mei Lhokseumawe Alami Inflasi Tertinggi Se Sumatera



Komoditi cabai merah, memegang rekor tertinggi pemicu inflasi di Kota Lhokseumawe. Bahkan, angka inflasi pada bulan Mei 2013 lalu, Kota Lhokseumawe menunjukkan angka tertinggi inflasinya se pulau Sumatera, yaitu mencapai 0.88 Persen.

Hasil tersebut diperoleh dari pemantauan harga yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Lhokseumawe. dimana pada kelompok pengeluaran bahan makanan kenaikan indeks harga konsumen (IHK) mencapai 2.47 Persen. Pada sub kelompok pengeluaran bumbu-bumbuan (cabai merah) angkanya sungguh fantastis dibandingkan dengan yang lainnya, yaitu 80.19 Persen.

Kepala BPS Kota Lhokseumawe Mughlisuddin, SE, di Lhokseumawe mengatakan,  berdasarkan Survey Biaya Hidup (SBH) tahun 2007 hingga tahun 2013 ini, angka kenaikan IHK cabai merah terjadi hingga 335.10 persen.

Itu artinya setiap tahun angka IHK untuk komoditi cabai merah di Kota Lhokseumawe  selalu melonjak tinggi dibandingkan dengan jenis komoditi lainnya yang sejenis untuk katogeri bumbu-bumbuan.

Seperti dikatakan olehnya, inflasi 0.88 Persen pada bulan Mei 2013 sangat dipengaruhi oleh perubahan harga indeks yang dipicu oleh kenaikan harga pada beberapa kelompok pengeluaran. Terutama untuk jenis bumbu dapur seperti cabai merah.

Berdasarkan data yang dihimpun pihaknya, lanjut Mughlisuddin, hampir semua kelompok pengeluaran mengalami kenaikan. Sebagaimana dengan kelompok bahan makanan kenaikannya 2.47 Persen, diikuti oleh kelompok perumahan, air dan listrik 0.43 Persen, pendidikan, rekreasi dan olah raga 0.28 persen, kelompok kesehatan 0.08 persen, transportasi 0.02 Persen, kelompok makanan jadi 0.01 Persen. Namun hanya, kelompok sandang masih mengalami penurunan indeks sebesar -0.89 persen, ujar Mughlisuddin.

“Namun, penyumbang terbesar terhadap kenaikan angka inflasi pada bulan Mei lalu adalah pada sub kelompok pengeluaran bahan makanan bumbu dapur, yaitu cabai merah”, ujarnya. 

Akibat tingginya angka inflasi tersebut di Kota Lhokseumawe, berdasarkan pantauan perubahan harga barang oleh BPS secara nasional, menetapkan Kota Lhokseumawe sebagai kota yang tertinggi angka inflasinya di Pulau Sumatera dan urutan kota ke empat secara nasional.  

Minimnya Stok Dipasaran
Kembali kepada penyebab tingginya angka inflasi di Kota Lhokseumawe yang diakibatkan oleh melonjaknya harga cabai dipasaran, dibenarkan oleh salah seorang pedagang cabai merah di Lhokseumawe.

Ade, salah seorang pedagang mengatakan, bahwa harga cabai merah begitu melonjak pada bulan Mei. Hal itu disebabkan oleh minimnya stok cabai merah yang diterima oleh pedagang dari sejumlah daerah produsen.
Sementara pasokan cabai merah untuk Kota Lhokseumawe, banyak dipasok dari Aceh Pidie, Pidie Jaya, Aceh Tengah, Bener Meriah dan Bireun serta dari Berastagi Sumatera Utara. Namun, dalam sebulan terakhir, pasokan cabai merah sangat minim, yang membuat harganya melonjak tinggi dipasaran. 

Namun dalam kurun waktu sebulan terakhir itu pula, pasokan cabai merah sangat minim yang diterima oleh pedagang grosir dan eceran. Bahkan berdasarkan pantauan wartawan, harga cabai merah melonjak secara stagnasi mulai dari harga Rp20.000 hingga mencapai Rp48.000 pada akhir Mei.

Sedangkan permintaan cabai merah di Lhokseumawe selalu meningkat. Hal itu selain untuk kebutuhan bumbu dapur, juga ditambah dengan semakin perkembangan pesat usaha rumah makan dan restoran di Kota Lhokseumawe yang membutuhkan cabai merah sebagai salah satu bahan baku masakan.(Muchlis S.PdI)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar