Ikuti Jaman, Becak Dayung Harus Di Ubah Ke Bermesin
"Tak Ikut, Kalah Saing"
Dulu, mulai tahun 70-an hingga tahun 2000, untuk mengangkut berbagai jenis
barang terutama bahan bangunan, banyak yang menggunakan becak dayung. Jenis
kendaraan yang dirakit dari sepeda ontel dan diberi rangka lengkap dengan alas
lantainya dan menjalankannya pun sepenuhnya tenaga manusia, banyak berseliweran
di jalan atau mangkal di depan-depan toko bangunan yang menawarkan jasanya.
Namun, sejak banyaknya penarik becak barang yang menggunakan mesin
kendaraan roda dua pada becaknya. Maka secara perlahan-lahan becak barang yang
dulunya hanya digerakkan dengan mengayuh ini harus terpinggirkan, karena selain
tak sanggup bersaing dengan becak bermesin, juga mempunyai keterbatasan tenaga
untuk menggerakkannya.
Akhirnya, para pengguna jasa pun lebih memilih becak pengangkut barang yang
bermesin karena lebih cepat sampainya.
Seperti yang dialami oleh Muhammad Isa (50), salah seorang penarik becak
barang dengan konsep becak barang yang masih lama alias belum bermesin. Dirinya,
tampak terduduk lesu di atas susunan kayu pada sebuah panglong kayu yang
ada di kawasan Citra, Meunasah Mesjid, Muara Dua, Kota Lhokseumawe, sembari menunggu
datangnya orang yang mau memakai jasanya untuk mengantar barang ketempat
tujuan dengan menggunakan becak barangnya.
Sesekali matanya tampak awas memperhatikan setiap
orang yang keluar masuk toko bangunan ataupun panglong kayu yang ada
dikawasan Citra tersebut. Dengan harapan ada yang mau menggunakan jasanya
dengan becak tuanya itu, walau di sekitar kawasan ini ada beberapa becak barang
lainnya yang telah sedikit modern, yaitu dengan menggunakan mesin kendaraan
roda dua dari jenis apa saja, yang telah dimodifikasikan antara body kendaraan
dengan kerangka becak.
Bang Isa, sapaan akrab pria itu mengatakan, “Memang sejak banyaknya becak
barang yang menggunakan mesin kendaraan roda dua, pendapatan saya menjadi
menurun dratis”, katanya membuka perbincangan.
Alasannya tak lain, karena dirinya punya keterbatasan dan kalah cepat
dibandingkan dengan yang menggunakan becak bermesin, karena warga yang mengguna
jasa becak barang, lebih memilih menggunakan jasa becak barang yang bermesin.
Karena sudah tentu, dengan menggunakan becak bermesin, maka sekali geber gas,
barang yang disuruh antar sudah sampai di depan rumah.
Sedangkan sebelumnya, di saat belum ramainya penarik becak barang yang
sudah bermesin. Pria itu mampu mengantongi uang sebanyak Delapan Puluh Ribu
Rupiah per harinya. Namun sekarang hanya mampu mengatongi uang sebanyak Tiga
Puluh Ribu Rupiah saja per harinya. Itupun sudah maksimal sekali. Serta hanya
dua trip saja perharinya, bila dibandingkan dulu hingga enam trip mudah
didapat, ungkap M.Isa yang mengaku sudah menjalani profesi penarik becak barang
selama Tiga Puluh tahun lebih.
Dengan melihat banyaknya becak barang yang telah memodifikasikan
becaknya dengan mesin kendaraan roda dua, secara tidak langsung telah
mengurangi pendapatan penarik becak yang masih menggunakan tenaga manusia ini.
Apakah hal itu, bisa menjadi sebuah perasaan tersaingi dari penarik becak yang
masih berdayung ini.
M.Isa mengaku tidak tersaingi ataupun merasa iri karena sudah ada saingan
baru dalam bisnisnya. “Saya tidak iri dengan semua ini, mungkin belum waktunya
saja saya untuk memiliki becak bermesin seperti yang
dipakai oleh rekan-rekan penarik becak lainnya. Toh! rezeki sudah diatur dari
yang Maha Kuasa,” ucapnya singkat menutup pembicaraan karena ada pesanan barang
yang harus diantarnya.
Namun, semenjak adanya jenis becak bermesin yang lebih menguntungkan itu.
M.Isa, juga berpikir untuk merubah tenaga kendaraannya dari tenaga manusia
menjadi tenaga mesin. Agar mampu bersaing dengan rekan-rekannya yang lain. Maka
dirinya pun harus mengumpulkan uang dan merogoh kocek lebih dalam untuk membeli
sepeda motor bekas. Kini selang beberapa tahun, dirinya juga sudah menunggangi
becak mesin dan tenaga kakinya tidak lagi untuk mengayuh dan cukup untuk
menginjak pedal rem saja dan untuk menekan perseneling gigi.
Begitulah alur cerita sebuah perubahan dan kemajuan teknologi yang selalu
menuntut semua serba cepat dan tidak terlalu melelahkan meski harus ada yang
dikorbankan.(MUCHLIS, S.Pd.I)