Senin, 10 Juni 2013

LHOKSEUMAWE KOTA JASA DAN PERDANGANGAN

“POTENSI BESAR UNTUK KEMAJUAN EKONOMI”


Kota Lhokseumawe memiliki letak strategis di jalur Sumatera. Dengan letaknya yang sangat strategis itu, merupakan peluang besar terhadap pengembangan sektor jasa dan perdangangan. Sehingga mampu memberikan andil besar dalam pengembangan ekonomi daerah secara umum.



Pantas saja, apabila Kota Lhokseumawe dikenal sebagai kota jasa dan perdangangan di Provinsi. Karena letaknya tersebut, menjadi jalur distribusi dan perdangangan yang sangat penting di Provinsi Aceh.  

Maka tidaklah mengherankan, sejumlah instansi pemerintah maupun swasta membuka cabangnya di Lhokseumawe. Baik yang bergerak dibidang jasa maupun perdangangan. Seperti perbankan, leasing, kuliner, jasa telekomunikasi dan lain sebagainya.
Seiring itu pula, pertumbuhan berbagai jenis usaha juga semakin mengeliat di Lhokseumawe. Baik yang dilakukan dalam skala besar maupun dalam skala kecil. Sehingga berbagai cabang usaha hadir di Kota Lhokseumawe, mengikuti perkembangan kota yang bersifat dinamis.

Menurut catatan dari Badan Pusat Statistik Kota Lhokseumawe, seperti dikutip dari Kantor Berita  Indonesia (Antara), bahwa jumlah warga Lhokseumawe yang mengantungkan hidupnya di sektor jasa (sudah termasuk pedagang, PNS, TNI/Polri) adalah sebesar 76 Persen.  Dominannya warga Lhokseumawe yang mengantungkan hidup disektor tersebut, tidak terlepas dari perkembangan Lhokseumawe yang semakin berkembang sebagai kota jasa dan perdangangan.

Catatan lain tentang perkembangan usaha masyarakat juga menunjukkan angka pertumbuhan. Dimana menurut Dinas Perindustrian Perdangangan dan Koperasi Kota Lhokseumawe, jumlah Industri kecil dan menengah di Kota Lhokseumawe mencapai 2.500 unit. Sebanyak 60 Persen adalah di dominasi oleh industri kue kering dan roti. Serta selebihnya adalah industri konveksi, pengolahan ikan dan lain sebagai.  Meskipun banyak industri itu dilakukan secara rumahan (home industri)   

Dari sektor sektor Industri Kecil Menengah tersebut, juga mampu menyerap sekitar 6.500 tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja disektor tersebut, mengikuti pertumbuhan jumlah IKM  yang ada. maka tepatlah, apabila banyak warga Kota Lhokseumawe yang mengantungkan hidup pada sektor jasa.

Bukan itu saja, tingkat pertumbuhan pedagang kecil di Kota Lhokseumawe, rata-rata mencapai 15 Persen setiap tahunnya. Sebagai contoh, dalam catatan Disperindagkop Kota Lhokseumawe pada tahun 2010, jumlah pedagang kecil berjumlah sekitar 4.500 orang. Namun pada tahun 2011, jumlahnya bertambah lagi menjadi 5.000 orang. 

Pedagang kecil dimaksudkan itu adalah, pedagang yang berjualan secara kecil-kecilan dengan asset usaha Lima Juta Rupiah ke bawah. diantaranya, para pedagang Kaki Lima, pedagang asongan, pedagang keliling dan pedagang gerobak hingga pedagang kecil disekolah-sekolah.

Sejumlah pedagang kecil dimaksudkan, tersebar hampir disemua kecamatan dalam wilayah Kota Lhokseumawe. Namun, yang paling banyak terdapat di Kecamatan Banda Sakti, karena di wilayah itu merupakan sebagai pusat kota dan keramaian.

Motivasi berkembangnya jumlah pedagang kecil tersebut, lebih disebabkan semakin berkembangnya jumlah titik keramaian. Sehingga memicu pula jumlah pedagang kecil yang mencari peluang diantara keramaian tersebut. 

Bahkan, lokasi rekreasi juga memberikan dampak yang besar terhadap pertumbuhan pedagang kecil. Terutama untuk jenis pedagang yang menjajakan dagangannya dengan mengunakan gerobak. Baik yang menjual makanan ringan maupun jajanan kuliner. Apalagi, jumlah titik keramaian di kota Lhokseumawe semakin bertambah. 

Selain itu, pedagang musiman juga banyak di Kota Lhokseumawe, terutama pada waktu-waktu tertentu. Seperti bila sedang musim buah-buahan lokal seperti Durian, Rambutan serta  Kuini dan juga apabila ada keramaian seperti pasar malam rakyat atau pameran. 

Disektor jasa sendiri, sektor jasa keuangan mendominasi penyerapan tenaga kerja di Kota Lhokseumawe, bila dibandingkan dengan sektor dunia kerja lainnya. Hal itu dipengaruhi oleh semakin berkembangnya jasa keuangan di Kota Lhokseumawe.

Seperti, pada jasa perbankan, dealer sepeda motor, leasing dan lain sebagainya pada sektor sejenis. Sementara pada sektor lain, seperti industri kecil perbengkelan, perkantoran dan lain sejenisnya jumlahnya terbatas.

Banyaknya tenaga kerja di Kota Lhokseumawe yang terserap pada sektor tersebut, dikarenakan usaha jasa keuangan dan sejenisnya itu di Kota Lhokseumawe sedang berkembang dengan pesat. Apalagi, ditambah dengan semakin banyaknya cabang dealer sepeda motor dan lain sebagainya. Sehingga bertambah pula  perusahaan jasa pembiyayaan yang membutuhkan tenaga kerja. Setelah itu, pada sektor pasar swalayan dan sejenisnya juga bertambah permintaan tenaga kerjanya, ungkapnya.

Sementara itu, persentase penyerapan tenaga kerja di Kota Lhokseumawe, dalam dua tahun terakhir angkanya hampir sama. Pada tahun 2011, angka penyerapan tenaga kerja sekitar 10 Persen atau sekitar 425 orang tenaga kerja. Sementara pada tahun 2010 lalu, angkanya sekitar 15 Persen atau sekitar 633 orang yang diterima bekerja. 

satu upaya pemerintah dalam menurunkan angka pengangguran tersebut, adalah dengan menghadirkan industri yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak.  Sehingga angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya dapat terus dikurangi di Kota Lhokseumawe.

Tentunya hal tersebut tidak mudah dilakukan oleh pemerintah daerah tanpa ada dukungan dari masyarakat itu sendiri. Namun peluang untuk mengapai rakyat makmur sejahtera terbuka lebar. Sepanjang segala potensi yang dimiliki oleh daerah digali dan diberdayakan secara optimal.

Apalagi Kota Lhokseumawe yang memiliki beragam potensi. Salah satunya adalah menjadi jalur penting lalulintas barang kebutuhan di jalur utama Provinsi Aceh. Karena letaknya inilah yang membuat sisi menguntungkan untuk Kota Lhokseumawe. 

Tentu saja, selain berada di jalur utama perdangangan di Aceh, keberadaan Kota Lhokseumawe ditengah-tengah daerah lain, juga memberikan dampak positif secara ekonomis. Sementara daerah lain sekitarnya merupakan daerah penghasil berbagai macam hasil bumi. Seperti Kabupaten Aceh Utara, Bireun, Aceh Timur, Bener Meriah, Takengon dan Pidie Jaya.

Maka tepatlah apabila di Kota Lhokseumawe terus dikembangkan menjadi kota jasa dan perdangangan. Karena sejumlah hasil bumi tersebut, dapat dipasarkan ke daerah atau ke negara  lain melalui Lhokseumawe. Apalagi Lhokseumawe didukung oleh sarana perairan sehingga memungkinkan untuk dibangun pelabuhan laut yang layak.

Sementara selama ini, praktek perdangangan hasil bumi masih dibawa ke luar daerah untuk selanjutnya dipasarkan dari sana. Sehingga, biaya coast menjadi lebih tinggi dan menguntungkan daerah lain dari segi pendapatan pemerintah daerah. Serta bagi masyarakat sendiri, mengurangi lapangan pekerjaan.

Bahkan, apabila potensi besar yang dimiliki daerah sekitar Lhokseumawe terhadap berbagai hasil bumi dikembangkan lagi menjadi industri pertanian, perkebunan dan lain sebagainya di Lhokseumawe. Maka dari segi penciptaan lapangan kerja akan semakin terbuka lebar.(Muchlis S.PdI
)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar