Jumat, 02 Agustus 2013

Mesjid Tua Yang Terabaikan Sejarahnya

"Di Pugar, Agar Terpelihara Sejarahnya"

Pada suatu tempat  di kawasan Gampong Mns.Mesjid, Muara Dua, Kota Lhoksewumawe, tepatnya, terletak di tengah-tengah desa yang berpenduduk lebih kurang 8.000 jiwa itu. Ada sebuah kawasan yang konon dulunya didaerah tersebut, merupakan sebuah daerah yang maju,yang banyak di jadikan tempat persinggahan para pedagang dari berbagai daerah pada masa lalu.

Dengan sungai yang membentang dari Kuala Meuraksa hingga ke arah Ujong Blang, Kecamatan  Banda Sakti, yang sekarang terlihat daerah tersebut sudah menjadi pertambakan warga sekitar, di tambah lagi di lalui oleh sebuah anak sungai, yang airnya dari arah
perbukitan sekitarnya menuju ke sungai Cunda, Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Menambah kemajuan akan kota masa lalu yang indentik di pinggir perairan.

Nah, untuk menandakan ada sebuah pusat keramaian pada masa lalu,
di daerah tersebut ada sebuah bangunan mesdjid tua yang kini hanya tinggal bekasnya saja. Yaitu, berupa bangunan beton dengan dua tingkat yang mempunyai tinggi sekitar dua meter.

Bangunan tersebut berbentuk kubus yang mempunyai ukuran sekitar 15 X 15 Meter persegi, dengan ruang di tengahnya, seperti bentuk sebuah benteng pertahanan pada masa lalu.

Tetapi sangat di sayangkan tiada sebuah catatan sejarah pun tentang keberadaan mesjid tersebut, kapan dibangun dan pada masa siapa.
Saat ditanyakan kepada beberapa warga sekitar yang sudah berusia lanjut, tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan mesjid tersebut di bangun, rata-rata mereka menjawab,bangunan mesjid tersebut sudah demikian adanya sejak dari saya lahir, jawab mereka.

Konon Mesjid tersebut, mempunyai satu tiang utama dengan ukuran besar di tambah dengan tiang-tiang kecil, serta kabarkan bahwa puncak  mesjid tersebut berbentuk sebuah belanga besi, yang di kenal dalam bahasa Aceh dengan nama Beulangeung Beuso, yang menjadi puncak atau kubahnya.

Namun ada yang mengatakan bahwa bentuk mesjid tersebut, lebih mirip dengan mesjid lama, yang ada di daerah Beuracan Mereudu Aceh Pidie. Yang di kenal dengan nama Mesjid Madinah. Tetapi tidak ada yang tahu secara pasti apa nama mesjid yang hanya tinggal bekasnya saja ini. 

Bila kita melihat dari bahan bangunan yang di gunakan, yang hanya terbuat dari susunan batu karang tebal dan di plaster itu serta mempunyai pintu masuk ukuran kecil, dengan ruang di tengahnya yang agak menurun kebawah, yang lebih mirip seperti benteng ini merupakan bangunan ciri khas suatu zaman di mana banyak terjadi peperangan pada masa tersebut.
Konon juga bahwa mesjid tersebut pernah di renovasi kembali pada masa lalu
.

Masih di dalam komplek mesjid tersebut ada  sebuah bangunan Meunasah (surau). Yang juga  bangunan lama, walaupun  tidak se tua mesjid tua ini, namun bangunan meunasah tersebut masih utuh dan papan alasnya masih kuat, serta pernah di jadikan balai pengajian oleh warga, maka tidak salah, apabila nama desa di daerah ini di namakan Meunasah Mesjid, karena di samping Mesjid ada Meunasah.

Drs.Tgk.Zulkifli Ibrahim, Imum syik Mesjid Al Hikmah Cunda kepada wartawan Koran ini mengatakan, bahwa cikal bakal mesjid Alhikmah Cunda adalah dari mesjid tua ini, karena jumlah jamaah makin banyak, dan tidak memungkinkan lagi menampung jamaah shalat, maka di pindahkan ke mesjid ini, mengenai tahun di pindahkannya mesjid ini sudah tidak ingat lagi, akunya.

Kini lokasi tempat berdirinya mesjid tersebut merupakan sebuah komplek pekuburan warga sekitar, tetapi anehnya ada beberapa kuburan yang dekat dengan tembok bangunan mesjid tersebut batu nisannya, (batu kali) berukuran lebih besar dari nisan lainnya.

Sangat di sayangkan
memang, bila Mesjid yang terletak di wilayah pemko Lhokseumawe ini kurang di ketahui sejarah dan keberadaanya masyarakat luar, bahkan yang lebih menyedihkan lagi, selama ini tidak ada perhatian dari pihak yang berkompeten, dalam hal ini pemerintah Pemko Lhokseumawe atau Dinas teknisnya. 

Mungkin juga mereka tidak pernah tahu, bahwa di daerahnya ada sebuah situs bersejarah di daerahnya, karena di disibukkan oleh program-program pembangunan ke depan. Sehingga lupa pada bangunan masa lalu, yang telah mengantar bangsa ini pada kemajuan.Padahal ini merupakan asset daerah yang sangat berharga jika dinilai sejarah, serta merupakan titipan anak cucu kita ke depan.(Muchlis*)     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar