Senin, 22 Juli 2013

Catatanku....dikotaku ...



Nelayan Tua Dengan Perahu Sederhana 

Walau Tua Semangat Tetap Membara




Laut menderu di siang hari, angin berhembus dengan
dengan sepoi-sepoi menerpa rambutnya yang memutih, tersenyum puas pria mandiri dengan sebatang rokok kretek terselip di bibir, menikmati puasnya hidup di tengah riak gelombang laut, yang selama ini di lakoninya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Inilah sosok hidup pak Amin
, pria ujur yang telah berusia 65 tahun itu, merupakan seorang warga gampong Uten Kot, Kecamatan Muara Dua, Kota lhokseumawe, yang sehari-hari berprofesi sebagai nelayan tradisional dengan perahu pancing sederhana miliknya.

Dengan perahu itu pula dirinya mengantungkan hidup dari hasil melaut. Di balik wajah yang mulai keriput di makan usia, namun tampak semangat yang membara untuk terus
berjuang hidup.

Mata pak Amin menerawang jauh menatap hamparan air yang beriak tenang, sambil menarik rokoknya dalam-dalam, pak Amin mulai bercerita tentang kisahnya melaut.

Setiap pagi saya berangkat dari rumah, pagi-pagi sekali saya sudah berangkat melaut dan pulangnya pada saat akan menjelang sore hari, rutinitas seperti itu sudah saban hari saya jalani, kecuali hari Jum’at,baru tidak melaut, katanya.

Mengenai makan siang, jelas tidak ada, tetapi saya
selalu membawa bekal dari rumah yaitu, sekantong kopi dan beberapa potongan kue, hal inilah yang menganjal perut saya di tengah laut, “Mana ada jual nasi di tengah laut” ucapnya sambil terkekeh.

Kalau soal kondisi kesehatan, pak Amin mengakui, bahwa
selama ini tidak ada penyakit yang terlalu berat,hanya penyakit ringan saja seperti, sakit kepala saja
dan itu biasa, tetapi bila tidak bekerja atau melaut rasanya tidak enak badan, ungkapnya.

saat ditanyakan,apakah pernah tersesat di tengah laut, pak Amin kembali menjelaskan, kita berpedoman pada arah mata angin dan bintang dilangit pada malam hari, untuk pulang kearah ini (Lhokseumawe)kita mengikuti bintang barat dan untuk menandakan banyak ikannya kita harus melihat dari warna air, bila airnya tampak berwarna kehijaun itu menandakan banyak ikannya, tetapi bila airnya bening dan biasa saja itu berarti tidak ada ikannya,  ujarnya  menjelaskan

Mengenai hasil yang di dapatkan dari melaut ini, “Glah
keu bu “ (cukup untuk makan sehari-hari-red), sekitar
Rp 25.000 atau 35.000 dalam sehari-hari, yang penting
asap dapur tetap mengepul, karena kita pun hanya mengandalkan perahu pancing saja, berapa lah hasilnya,
ulasnya.

Beginilah hidup, apabila kita menjalani dengan senang
hati dan ikhlas maka tidak terasa beban apa-apa,ungkap  pak Amin berfilsafat, menutup cerita, sambil
menikmati rokok kreteknya dalam-dalam seakan-akan terpancar raut kegembiraan di hatinya dalam melakoni peran hidupnya sebagai nelayan tua dengan perahu sederhana.(Muchlis S.Pd.I)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar